IDUL FITRI TAHUN 2004
Menurut saya, setiap memperingati Hari raya Idul Fitri selalu mempunyai kenangan indah. Keindahannya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Pokoknya indah, syahdu, khitmat, sakral dan macam-macam deh. Dihari itu kita berkumpul semua dari Bapak, Ibu, kakek, nenek, kakak2 dan adik2 serta keponakan yang lucu-lucu. Saya selalu menikmatinya menit demi menit, jam demi jam. Acara yang selalu diawali dengan sungkem kepada yang lebih tua dari mulai kakek, nenek, bapak, ibu dan seterusnya.
Lebih ke fokus Idul fitri tahun 2004, kebetulan masih ada embah rayi (Rr. Soemarmi) yang sudah berusia lebih dari 90 tahun, ibu kartini (uti) yang waktu itu berusia 67 tahun, kami merayakan di rumah uti di jalan Galungan I/23 Semarang, sebuah rumah yang menyimpan banyak kenangan indah bagi kami. Selesai sholat Ied di lapangan, kami kemudian sungkem-sungkeman dan dilanjutkan dengan sarapan bersama.
Menu sarapan pada hari raya idul fitri seperti biasa adalah lontong atau kupat, opor ayam, sambel goreng dan lain-lain. Satu hal yang tidak saya dapatkan di jakarta adalah menu opor, di semarang opor ayam selalu ditaburi kacang halus yang menambah nikmatnya opor tersebut.
Saya selalu membayangkan alangkah indahnya bila bapak masih ada waktu itu, namun sayang bapak memang sudah meninggal dunia pada tanggal 14 september 1998 yang lalu.
Selesai acara makan makan, kemudian kita nyekar ke makam bapak soejono said di krapyak.
Besoknya kami berniat mau nyekar ke makam Eyang buyut dari bapak yang terletak di Purworejo. Dengan satu mobil kami menuju ke sana. Kira-kira 2,5 jam akhirnya kita sampai di makam Kayu Lawang yang merupakan pemakaman lama. Kami nyekar ke makam eyang Soekirman, yaitu bapak dari eyang putri RR. Ngadiah. Beliau adalah ibu dari bapak Soejono Said. Eyang soekirman adalah salah satu putra dari RM. Cokronegoro. Beliau adalah Bupati Purworejo pertama. Berati kita adalah cucu dari Bupati Purworejo dong...
Itulah sekelumit cerita saya tentang idul fitri 2004 yang lalu.(author : edo)
Menurut saya, setiap memperingati Hari raya Idul Fitri selalu mempunyai kenangan indah. Keindahannya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Pokoknya indah, syahdu, khitmat, sakral dan macam-macam deh. Dihari itu kita berkumpul semua dari Bapak, Ibu, kakek, nenek, kakak2 dan adik2 serta keponakan yang lucu-lucu. Saya selalu menikmatinya menit demi menit, jam demi jam. Acara yang selalu diawali dengan sungkem kepada yang lebih tua dari mulai kakek, nenek, bapak, ibu dan seterusnya.
Lebih ke fokus Idul fitri tahun 2004, kebetulan masih ada embah rayi (Rr. Soemarmi) yang sudah berusia lebih dari 90 tahun, ibu kartini (uti) yang waktu itu berusia 67 tahun, kami merayakan di rumah uti di jalan Galungan I/23 Semarang, sebuah rumah yang menyimpan banyak kenangan indah bagi kami. Selesai sholat Ied di lapangan, kami kemudian sungkem-sungkeman dan dilanjutkan dengan sarapan bersama.
Menu sarapan pada hari raya idul fitri seperti biasa adalah lontong atau kupat, opor ayam, sambel goreng dan lain-lain. Satu hal yang tidak saya dapatkan di jakarta adalah menu opor, di semarang opor ayam selalu ditaburi kacang halus yang menambah nikmatnya opor tersebut.
Saya selalu membayangkan alangkah indahnya bila bapak masih ada waktu itu, namun sayang bapak memang sudah meninggal dunia pada tanggal 14 september 1998 yang lalu.
Selesai acara makan makan, kemudian kita nyekar ke makam bapak soejono said di krapyak.
Besoknya kami berniat mau nyekar ke makam Eyang buyut dari bapak yang terletak di Purworejo. Dengan satu mobil kami menuju ke sana. Kira-kira 2,5 jam akhirnya kita sampai di makam Kayu Lawang yang merupakan pemakaman lama. Kami nyekar ke makam eyang Soekirman, yaitu bapak dari eyang putri RR. Ngadiah. Beliau adalah ibu dari bapak Soejono Said. Eyang soekirman adalah salah satu putra dari RM. Cokronegoro. Beliau adalah Bupati Purworejo pertama. Berati kita adalah cucu dari Bupati Purworejo dong...
Komentar
Posting Komentar