Kisah Abdullah Bin Amr Bin Haram Al Ansyahry Radhiyallahu Anhu

 Kisah Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam


Kisah Abdullah Bin Amr Bin Haram Al Ansyahry Radhiyallahu Anhu


Sekelompok pasukan berkuda Quraisy di bawah pimpinan Khalid bin Walid, yang sebenarnya telah cukup jauh meninggalkan Uhud melihat keadaan itu. Ia menyadari, kekalahan pasukannya yang lebih besar dan lebih banyak jumlahnya tidak terlepas dari peran para pemanah di atas bukit tersebut. Dengan berkurangnya kekuatan pertahanan di bukit tersebut, Ibnu Walid yakin bahwa ia bisa membalikkan keadaan. Maka ia memerintahkan pasukannya bergerak menaiki bukit tersebut.


Ibnu Jubair, Abu Jabir dan sekitar delapan kawannya menghujani mereka dengan panah untuk menghadang gerakannya, tetapi itu tidak banyak berarti karena panah yang mereka lontarkan tak ubahnya gerimis saja. Dalam sekejab mereka berhadapan dan terjadilah pertempuran tidak seimbang, mereka berjuang mati-matian menghambat laju Khalid dengan tombak dan pedangnya, tetapi akhirnya mereka semua tewas mengenaskan dengan luka-luka yang sangat parah, termasuk Ibnu Amr bin Haram atau Abu Jabir.


Pasukan Khalid bin Walid turun dari bukit dan menyerang pasukan muslim sehingga mereka porak poranda. Melihat manuver Ibnu Walid tersebut, pasukan Quraisy lainnya segera kembali ke arena perempuran dan menyerbu dengan gencarnya sehingga keadaan berbalik jadi kekalahan bagi pasukan muslimin, bahkan keadaan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sangat kritis, beliau terluka parah dan terjatuh ke dalam suatu lubang.


Usai perang Uhud, ketika Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan para sahabat memeriksa jenazah para syahid, mereka mendapati wajah Abu Jabir seperti disayat-sayat. Memang, dalam pertempuran Uhud ini kaum kafir Quraisy seakan melampiaskan dendam kekalahannya di perang Badar, salah satunya dengan cara merusak jenazah para syahid, seperti yang juga terjadi pada jenazah Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.


Jabir bin Abdullah, saudara-saudaranya, dan beberapa kaum muslimin lainnya mendatangi Uhud setelah pasukan Quraisy meninggalkan arena pertempuran. Ia menangisi jazad ayahnya karena keadaannya yang sangat mengenaskan. Bahkan Fathimah, putri Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sempat menjerit melihat keadaan wajah Abu Jabir. Melihat reaksi mereka ini, Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, "Janganlah kalian menangis, sesungguhnya para malaikat terus menerus menaunginya dengan sayap-sayap mereka…!"


Beberapa hari berselang setelah perang Uhud tersebut, Jabir bin Abdullah mendatangi Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan mengatakan bahwa ayahnya yang telah syahid tersebut meninggalkan hutang, dan juga banyak tanggungan keluarga. Ia menyangka ayahnya akan terhalang memperoleh pahala karena tanggungan yang ditinggalkannya tersebut, sebagaimana pernah disabdakan beliau. Tetapi Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dengan tersenyum bersabda kepadanya, "Maukah aku beritahukan kabar gembira tentang apa yang dijumpai ayahmu di sisi Allah."


"Tentu, ya Rasulullah, " Kata Jabir.


Kemudian Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menceritakan bahwa Allah Subhanahu Wata’ala menjadikan Abu Jabir hidup lagi dan mengajaknya berbicara langsung, padahal tidak ada seorangpun yang diajak berbicara oleh Allah melainkan dari balik tabir. Allah berfirman kepadanya, "Wahai hamba-Ku, apa yang engkau inginkan!!"


"Ya Allah," Kata Abu Jabir, "Kembalikanlah aku ke bumi agar aku dapat berjuang dan sekali lagi gugur syahid di jalan-Mu…!!"


Allah berfirman kepadanya, "Telah tetap ketentuan-Ku, bahwa siapapun yang telah mati, tidak akan dikembalikan lagi ke bumi…!!"


"Kalau memang demikian, Ya Allah, sampaikanlah keadaanku ini kepada orang-orang di belakangku," Kata Abu Jabir.


Maka turunlah Surah Ali Imran ayat 169-170 sebagai realisasi permintaan Abdullah bin Amr ini. Yakni Allah berfirman, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”


Sebagian riwayat lain menyebutkan, asbabun nuzul ayat tersebut adalah kesedihan sebagian besar sahabat karena syahidnya para sanak saudara mereka dalam Perang Uhud, dan tubuhnya dirusak oleh orang-orang kafir Quraisy. Seolah-olah Allah memberikan hiburan kepada para sahabat yang masih hidup, sekaligus memberi motivasi dan semangat untuk terus berjihad di jalan Allah.


Abu Jabir dimakamkan dalam satu lubang dengan sahabatnya yang juga syahid di Perang Uhud, yakni Amr bin Jamuh. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menyatakan bahwa dua orang itu bersahabat dan saling sayang menyayangi selagi hidup di dunia, sehingga sudah sepantasnya jika mereka tetap bersama dalam satu pemakaman.


InsyaAllah besok kita lanjutkan dengan Kisah Sahabat yang lain.

Komentar

Postingan Populer