Kisah Bilal Bin Rabah Al Habsy Radhiyallahu Anhu

 Kisah Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam


Kisah Bilal Bin Rabah Al Habsy Radhiyallahu Anhu


Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam hijrah ke Madinah dan umat Islam bisa melaksanakan peribadatan tanpa gangguan dari pihak-pihak yang memusuhi, mulailah dicari cara mengumpulkan umat Islam untuk melaksanakan shalat jama'ah. Berbagai usulan muncul, tetapi akhirnya dipilih cara yang kini dikenal sebagai "adzan". Ada beberapa riwayat, tentang siapa yang pertama kali menyusun redaksi adzan, tetapi yang jelas pilihan pertama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam untuk melantunkannya adalah Bilal bin Rabah. Suaranya yang empuk, merdu, lantang dan penuh keharuan merupakan alasan utama. Siapapun yang mendengarnya serasa disiram dengan segelas air dingin, kesejukan dari nilai keimanan.


Bilal adalah Muadzdzin pertama dalam Islam, dan namanya kini sangat dikenal di seluruh dunia karena identik dengan "jabatan" muadzdzin itu sendiri dalam setiap pelaksanaan shalat Jum'at. Selain sebagai muadzdzin, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam juga menunjuk Bilal sebagai pengurus keuangan beliau. Namun walau disebut sebagai pengurus keuangan, Bilal tidak pernah memegang uang terlalu lama atau menyimpannya, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam memang tidak pernah menyimpan sesuatu, baik uang atau barang, sampai malam harinya. Bilal hanya diserahi tugas untuk mengurus dan melayani apabila ada kaum muslimin yang datang meminta bantuan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Ia akan mencari pinjaman atas nama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, untuk memenuhi kebutuhan orang tersebut.


Suatu hari ada seorang musyrik kaya raya yang mendatangi Bilal dan berkata, "Hai Bilal, aku mempunyai banyak harta benda, jika kamu mempunyai keperluan, janganlah meminjam pada siapapun, berhutanglah pada saya!"


"Apalagi yang lebih baik daripada hal ini," Kata Bilal menyambut baik tawaran si orang musyrik tersebut.


Sebenarnya si orang musyrik ini, dalam riwayat lain adalah seorang Yahudi, merasa hasud (iri) dengan kedudukannya yang begitu dekat dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, pemimpin tertinggi kaum muslimin, atau bahkan bisa dikatakan ‘pemimpin tertinggi’ Jazirah Arabia yang paling disegani saat itu. Pikirnya, “Dia hanya seorang bekas budak, berkulit hitam lagi. Bagaimana mungkin ia memperoleh kedudukan begitu mulia di sisi Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi Wassalam)?? Sungguh aku akan mengembalikannya seperti dahulu lagi!!”


Tentu saja Bilal tidak mengetahui rencana yang tersimpan di kepala si orang musrik itu, yang jelas ia memperoleh kemudahan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. 

Maka ketika ada perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, iapun meminjam dari orang tersebut, dan menyerahkannya pada orang yang dikehendaki Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam untuk menerimanya. Hal ini berlangsung berulang-ulang hingga hutangnya menumpuk banyak pada orang musyrik itu. Suatu kali ketika selesai berwudlu dan akan mengumandangkan adzan, orang musyrik ini mendatanginya dengan beberapa orang, ia mencaci maki Bilal dan berkata bengis, "Hai Habsyi, tinggal berapa hari lagi bulan ini?"


"Bulan ini hampir habis!!" Kata Bilal.


"Tinggal empat hari lagi," Kata orang musyrik itu, "Jika sampai akhir bulan engkau belum melunasi pinjamanmu kepadaku, maka aku akan menjadikanmu hamba sahaya dan engkau harus menggembala kambing seperti dulu lagi."


Setelah mengatakan itu, si orang musyrik meninggalkannya. Bilal menjadi sangat bingung dan gelisah. Selepas shalat isya, ia menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dan menceritakan apa yang terjadi. Ia berkata, "Ya Rasulullah, engkau tidak mempunyai persediaan apapun untuk membayar hutang itu, dan saya juga tidak mempunyai apa-apa. Saya merasa orang ini ingin menghinakan saya lagi, karena itu, kalau diijinkan, saya ingin bersembunyi sambil mencari jalan untuk membayar hutang tersebut. Jika datang kepada engkau sesuatu untuk membayar hutang ini, saya akan datang lagi."


Ternyata Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengijinkannya. Bilal pulang dan mempersiapkan pedang, perisai dan apa yang diperlukan dalam perjalanan. Menjelang waktu shubuh, ia keluar tanpa tujuan. Tetapi belum jauh, datang seseorang diutus Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam untuk memanggilnya. Ia bergegas menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam di masjid, dan tampak disana empat ekor unta dengan muatan penuh. Setelah sampai di masjid, Nabi bersabda, "Dengarkanlah kabar gembira ini, wahai Bilal, Allah telah menyiapkan sesuatu untuk membayar hutangmu. Ambillah unta dan muatannya ini, barang-barang ini telah dikirim sebagai hadiah untukku dari ketua bani Fidak."


InsyaAllah besok Kita lanjutkan Kisahnya ....


Semoga berkenan...

Mohon maaf lahir dan bathin..

Komentar

Postingan Populer