Kisah Aisyah Binti Abu Bakar Radhiyallahu Anha

 Kisah Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam


Kisah Aisyah Binti Abu Bakar  Radhiyallahu Anha

Ummul Mukminin


Aisyah binti Abu Bakar merupakan istri yang paling dicintai Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam setelah Khadijah, dan satu-satunya wanita yang dinikahi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dalam keadaan gadis. Ia mendapat panggilan kesayangan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, Khumaira, artinya, yang pipinya kemerah-merahan. Ia adalah seorang wanita yang cerdas, sehingga setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam wafat, banyak sahabat yang bertanya kepada Aisyah tentang berbagai permasalahan.


Ia lahir pada tahun ke 4 kenabian, dan wafat pada usia 66 tahun, malam selasa tanggal 17 Ramadhan tahun 57 Hijriah.


Awal mula pernikahan ini, adalah ketika Khaulah binti Hakim menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam beberapa waktu setelah meninggalnya Khadijah. Ia menanyakan kesediaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam untuk menikah lagi, dan ia memberikan pandangan, jika janda, adalah Saudah binti Zam'ah bin Qais, dan jika gadis, adalah Aisyah binti Abu Bakar. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam menyerahkan urusan ini pada Khaulah. Ketika Khaulah menemui orang tua Aisyah, baik ibunya, Ummu Ruman atau bapaknya Abu Bakar sempat terkejut, karena Aisyah masih termasuk keponakan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sendiri.


Khaulah menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam tentang status Aisyah yang masih keponakan beliau, tetapi beliau menyampaikan bahwa Aisyah tidak termasuk keponakan yang terlarang untuk dinikahinya. Abu Bakar dan Ummu Ruman dengan gembira menerima lamaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam lewat Khaulah ini. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam datang ke rumah Abu Bakar, dan beliau dinikahkan sendiri oleh Abu Bakar dengan putrinya, Aisyah.


Beberapa bulan lamanya setelah tinggal di Madinah, Abu Bakar bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, tentang putrinya, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak mengajak Aisyah tinggal bersama engkau?"


"Saya tidak mempunyai peralatan rumah tangga..!" Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.


Mendengar jawaban beliau itu, Abu Bakar membeli peralatan rumah tangga yang diperlukan, dan membawanya ke rumah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Setelah semuanya siap, Abu Bakar mengantarkan Aisyah ke rumah beliau, di bulan Syawal tahun 1 atau 2 hijriah di waktu dhuha.


Setelah ditinggal wafat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, Aisyah sering memperoleh hadiah uang dari para sahabat, seperti Muawiyah, Abdullah bin Umar, Zubair bin Awwam dll., sehingga sebenarnya ia tidak dalam keadaan kekurangan. Tetapi didikan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam atas dirinya tidak sedikitpun berubah. Kemurahan dan kesederhanaan tetap menjadi pola hidupnya sebagaimana yang dijalaninya bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, sehingga hidupnya cenderung dalam kekurangan.


Suatu ketika Aisyah memperoleh hadiah dua karung uang yang masing-masing berisi 100.000 dirham. Ia membagi-bagikan uang tersebut kepada fakir miskin dari pagi hingga sore sehingga tidak tersisa sama sekali. Hari itu Aisyah sedang berpuasa, saat masuk waktu maghrib, pembantunya datang membawa makanan untuk berbuka berupa sepotong roti dan minyak zaitun. Ia berkata kepada Aisyah, "Seandainya engkau tadi menyisakan satu dirham, tentu aku bisa menyediakan sepotong daging untuk menu berbuka."


"Mengapa engkau baru mengatakannya sekarang," Kata Aisyah, "Andai tadi engkau mengatakannya, tentu kusisakan satu dirham untukmu."


Suatu ketika Aisyah dalam keadaan puasa, dan hanya memiliki sepotong roti untuk persiapan berbuka. Tiba-tiba datang datang seorang lelaki miskin meminta makanan kepadanya, Aisyahpun menyuruh pembantunya menyerahkan sepotong roti yang ada. Pembantunya berkata, "Jika kita memberikan roti ini, kita tidak memiliki makanan lagi untuk berbuka puasa…!"


“Biarlah, berikan saja roti itu kepadanya." Kata Aisyah.


Aisyah adalah seorang yang sangat cerdas, masa remajanya bisa dikatakan dihabiskan bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Dengan demikian ia mampu menghafal begitu banyak Hadits dan juga ayat Al Qur'an, padahal saat itu belum populer alat tulis dan buku catatan sebagai sarana penyimpan informasi. Tak kurang dari 2.210 hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah. Tidak hanya itu, ia juga mampu memberikan solusi berbagai permasalahan agama yang mucul kemudian, berdasarkan apa yang dialaminya bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Apa yang disabdakan dan dilakukan beliau, menjadi dasar acuannya dalam memberikan solusi. Tak jarang beberapa sahabat terkemukamendatangi Aisyah untuk meminta pertimbangan.


InsyaAllah besok kita lanjutkan dengan Kisah Sahabat yang lain...


Semoga berkenan...

Mohon maaf lahir dan bathin...

Komentar

Postingan Populer