Kisah Zaid Bin Khair Radhiyallahu Anhu

 Kisah Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam


Kisah Zaid Bin Khair Radhiyallahu Anhu


Zaid al Khoil, seorang badui (dari desa atau pedalaman padang pasir Arabia) yang telah memeluk Islam datang ke Madinah untuk menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Setelah menambatkan untanya di depan masjid dan menyampaikan salam kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, ia berkata, "Ya Rasulullah, saya telah melelahkan kendaraanku selama sembilan hari. Setelah itu saya menuntunnya lagi selama enam hari secara terus menerus. Berpuasa di siang hari dan jarang tidur di malam harinya, sehingga tungganganku sangat lelah. Semua itu saya lakukan hanya untuk menanyakan dua masalah yang merisaukan saya sehingga saya susah tidur….!!"


Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam memandang lelaki badui itu dengan kagum, seorang muslim sederhana yang telah berjuang begitu beratnya menempuh perjalanan jauh untuk memperoleh penjelasan langsung dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam tentang dua masalah. Beliau bersabda, "Siapakah engkau?"


"Zaid al Khoil (Zaid, sang unta)…" Kata Zaid.


Tampaknya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam kurang berkenan dengan namanya tersebut, seolah-olah kurang jelas mendengar jawabannya, beliau bersabda, “Oh, jadi namamu Zaid al Khair (Zaid, yang penuh kebaikan)…!!"


Jelas sekali kalau Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam ingin mengganti namanya, dan Zaid sangat senang dengan penamaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam tersebut. Ia berkata, “Benar, ya Rasulullah, saya Zaid al Khair!!”


Setelah itu beliau berkata lagi, "Tanyakanlah..!! Kemungkinan sesuatu yang sukar itu sudah pernah ditanyakan kepadaku sebelumnya…"


Zaid berkata, "Saya ingin bertanya kepadamu tentang tanda orang yang disukai Allah dan tanda orang yang dimurkai-Nya..!"


"Untung…Untung…" Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, tampak sekali kegembiraan beliau atas pertanyaan tersebut, tidak salah kalau namanya memang ‘Al Khair’. Kemudian beliau bertanya lagi, "Bagaimana keadaanmu kini, hai Zaid?"


Zaid menjawab, "Saya sekarang ini senang dengan amal kebaikan, senang dengan orang-orang yang mengamalkan kebaikan, dan senang dengan tersebarnya amal kebaikan. Saya menyesal jika tertinggal akan amal kebaikan dan rindu untuk melakukan kebaikan. Jika saya melakukan kebaikan, sedikit atau banyak, saya yakin akan pahalanya….!!"


Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, "Ya itu, itulah dia tandanya….andaikata Allah tidak suka kepadamu, tentu engkau disiapkan untuk melakukan hal yang lain (yang berlawanan) dari yang kaukatakan itu, dan Dia tidak akan perduli di jurang mana engkau akan binasa…."


"Cukup, cukup, ya Rasulullah…!!" Kata Zaid, seolah ia tidak ingin beliau menjelaskan lebih lanjut.


Setelah mengucap terima kasih dan mengucapkan salam perpisahan, Zaid keluar dari masjid dan menaiki kendaraannya, dan memacunya pulang.


Wajah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam makin bersinar saja tanda beliau sangat gembira. Bagaimana tidak gembira? Musafir dari jauh ini tidak setiap saat bertemu dan bergaul dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, tetapi dia bisa merasakan nuansa kasih sayang Allah begitu mendalam, sebagaimana yang dirasakan sahabat-sahabat yang selalu hadir di sekitar sosok "Rahmatan lil 'alamin" ini, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.


InsyaAllah besok kita lanjutkan dengan Kisah Sahabat yang lain...


Semoga berkenan...

Mohon maaf lahir dan bathin...

Komentar

Postingan Populer